Terbanglah Dengan Sayapmu !!!

Terbanglah Dengan Sayapmu !!!

Ketika apapun yang telah kau lakukan dengan sepenuh hati tetap saja terasa hampa, jangan ragu untuk mengepakkan sayapmu, gunakan tenagamu untuk melayang jauh. Terbanglah setinggi mungkin agar bisa kau lihat dunia yang begitu luas, dan belajarlah pada dunia yang telah kau lihat.

Selasa, 04 Januari 2011

Jogja, Take the Spirit Of Geronimo .... !!



Geronimo, pemimpin Bangsa Indian dari suku Apache yang begitu kesohor itu tetap menolak kehadiran bangsa ‘mata putih’ ke tanah leluhurnya. Geronimo tahu bahwa bangsa ‘mata putih’ ujung-ujungnya hanya akan menyengsarakan suku Apache dan suku-suku Indian lainnya, sehingga dengan gigihnya, meski laskar yang dipimpinnya menyusut dan tinggal sedikit namun dengan kewibawaan, kecerdikan, dan penguasaan medan tempur di wilayah kekuasaannya sendiri, menjadikan pasukan kavaleri Amerika, pasukan ‘mata putih’, begitu repot, menyita waktu, tenaga dan korban jiwa yang tidak sedikit hanya untuk menangkap seorang Geronimo, Sang Pemimpin.

Geronimo tetap teguh dengan pendiriannya, bahwa bangsanya harus tetap merdeka, tidak mau dijajah bangsa lain. Pengaruhnya begitu kuat di mata suku yang dipimpinnya. Dan ketika akhirnya Geronimo menuruti kemauan pasukan ‘mata putih’ untuk dipindahkan dari tanah leluhurnya, itupun bukan karena merasa kalah dalam peperangan, namun lebih dikarenakan faktor kearifan, kebijaksanaan dan kepercayaan akan pentingnya makna perdamaian yang ditawarkan ‘mata putih’. Geronimo memaksakan diri untuk juga memikirkan kelangsungan hidup keluarga dan sukunya. Bekal seorang Geronimo terasa komplit. Pada dirinya ada bekal kecerdikan, ada bekal strategi perang, ada bekal penguasaan medan laga, ada bekal kearifan, ada bekal egoism juga, ada bekal pemahaman pentingnya kedamaian, kebersamaan dan bekal-bekal lainnya.

Sayang ………… ketika Geronimo mencoba untuk menuruti kesepakatan dengan ‘mata putih’, ternyata dikemudian hari kesepakatan itu dikianati oleh ‘mata putih’ dan Geronimo dijadikan tahanan di tanah lain, bukan di tanah leluhurnya sendiri yang telah dicaplok ‘mata putih’.

Geronimo telah mengajarkan pada dunia akan pentingnya keteladanan, dia juga mengajarkan akan pentingnya kearifan, keuletan, kegigihan, pentingnya perjuangan untuk suatu kemerdekaan, dia juga mengajarkan pentingnya kebersamaan, dan dia juga mengajarkan pentingnya suatu perdamaian, dia juga mengajarkan bahwa ‘Tuhan’nya juga menginginkan perdamaian manusia di bumi; Dan apa yang dimilikinya dijadikan panutan oleh sukunya.

Sebagai orang beragama, agaknya kita harus mengimani bahwa kisah Geronimo ini merupakan karya penyelamatan tangan Tuhan. Artinya ada yang lebih baik dan bahkan lebih sempurna untuk diteladani dunia, yaitu Tuhan itu sendiri, tidak ada yang lain. OlehNya kita telah diberi berbagai kemampuan kayak Geronimo. Ini sifatnya mutlak dan harus kita syukuri. Kita dikarunia kepandaian, kebijaksanaan, kedamaian dan juga dikaruniai kemerdekaan.

Jelas bahwa bekal kita tidak kalah dengan yang Tuhan berikan kepada Geronimo; maka sudah selayaknyalah pula kalau kita mempergunakan karunia itu secara maksimal dan akan lebih baik lagi bila kita pergunakan secara optimal. Layak pula kita ceritakan keteladanan Tuhan pada orang-orang terdekat kita (anak, pacar, istri-suami, orangtua) terlebih dahulu, untuk kemudian kita ceritakan pada orang lain.

Kemerdekaan telah diberikan Tuhan kita, namun masih banyak pula ‘mata putih-mata putih masa kini’ yang menawarkan kesepakatan perdamaian yang kemudian akan diakhirinya dengan memenjarakan kebebasan kita yang telah diberikan Tuhan. Hanya ada satu cara untuk melawannya : Kuatkan iman dan tetapkan hati untuk melawan semuanya dengan bersandar kepada Sang Teladan Sejati !!

Kalau si Geronimo, orang jaman kuno saja berani melawan ketidakbenaran, sebagai orang modern mengapa kita masih saja seringkali ragu melawan ketidakbenaran ?

Apa yang terjadi pada suku Apache waktu itu agaknya terulang pada  "Wong Jogja" pada saat ini. Jogja sedang diobok-obok, namun berbahagia ketika melihat para profesor sejarah di UGM berdiri kokoh di belakang rakyat Jogja. Ayo Jogja, lihatlah betapa dunia ada di belakangmu. Kamu nggak perlu takut lagi ….. !!!. Ketika melawan ‘mata putih-mata putih masa kini’pun harus tetap dengan kobaran semangat dan teriakan layaknya Geronimo : “Wuwuwuwuwuwuuuuuu……….”. Acungkanlah kapak perdamaianmu tinggi-tinggi.

Selamat berperang, selamat menikmati kemerdekaan sejati seperti yang kita dambakan bersama. Bisikkan berita ini di telinga orang di sebelahmu dan teriakkan pula hal ini pada dunia ……


Jogja, 4 Januari 2011.
(Ketika "wong Jogja" memproklamirkan diri sebagai Kota Republik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar